pertenunan

PENGARUH VARIASI DWELL TIME DAN CROSS ANGLE TERHADAP STOP PAKAN PADA PROSES PERTENUNAN DI AIR JET LOOM TOYOTA JAT 810 E-Shed



INTISARI
Banyak sedikitnya hasil produksi kain dapat dilihat berdasarkan kelancaran jalannya mesin yang berjalan.  Berkurangnya produksi kain pada mesin tenun dapat disebabkan oleh stop pakan yang tinggi sehingga jalamya mesin tenun menjadi tidak optimal.  Salah satu faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya stop pakan adalah karena kurang tepatnya dalam penyetelan dwell time dan cross angle pada mesin tenun. 
Dalam penelitian penulis melakukan uji coba mengenai penggunaan dwell time dan cross angle yaitu dengan percobaan 3 (tiga) variasi perubahan dwell time dan variasi perubahan cross angle pada mesin Air Jet Loom Toyota JAT 810 E-Shed tahun 2016. 
Ketidak lancaran dalam proses pertenunan akan mengakibatkan turunya produktifitas dan out put kain sehingga dapat mengakibatkan terlambatnya pengiriman dan juga dapat menyebabkan kerugian perusahaan. 
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ketidaklancaran proses tersebut antara lain adalah :

Material
Manusia
Mesin
Metode
Lingkungan

Pada penelitian ini penulis akan membahas khusus mengenai penurunan kelancaran proses pertenunan yang disebabkan oleh faktor mesin.  Penulis akan membahas mengenai “PENYETELAN DWELL TIME DAN CROSS ANGLE” yang banyak menimbulkan tingginya stop pakan yang terjadi dan menurunkan produktifitas kain. 
Dalam pelaksanaanya penulis mengadakan percobaan mengenai penggunaan dwell time dan cross angle pada sistem sheding (pembukaan mulut lusi) pada mesin  Air Jet Loom.  Melihat dari hasil penelitian dan analisa statistik,ternyata perubahan dwell time dan cross angle sangat berpengaruh  terhadap stop pakan yang terjadi tersebut dan dapat menekan ketidak lancaran jalanya mesin tersebut. 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
HALAMAN MOTTO..........................................................................................vii
INTISARI...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
Latar belakang masalah.......................................................1
Pembatasan masalah..........................................................3
Perumusan masalah............................................................3
Tujuan yang hendak dicapai................................................4
Hipotesa................................................................................4
Metode pengumpulan data..................................................5
Kerangka pemikiran..............................................................6

BAB II TEORI PENDEKATAN................................................................8
Proses pertenunan...............................................................9
Gerakan pokok pertenunan................................................10
Gerakan tambahan pertenunan.........................................18
Tinjauan stop pakan...........................................................19
Tinjauan tentang dwell time dan cross angle..................20
Hunbungan penyetelan dwell time dan cross angle........22
Tinjauan tentang anyaman herring bone..........................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................27
Persiapan penelitian...........................................................27
Pelaksanaan penelitian......................................................30
Teknik pengumpulan data.................................................31
Metode analisa data...........................................................32
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................35
BAB V PENUTUP..................................................................................41
KESIMPULAN......................................................................41
SARAN.................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................43
LAMPIRAN.......................................................................................................44


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pembukaan mulut lusi dobby..........................................12
Gambar 2. Peralatan peluncuran pakan........................................................13
Gambar 3. Skema pengetekan pakan............................................................15
Gambar 4. Skema penguluran lusi................................................................ 16
Gambar 5. Skema penggulungan kain...........................................................17
Gambar 6. Penampakan pembukaan mulut lusi...........................................21
Gambar 7. Dwell time 0/60.............................................................................23
Gambar 8. Dwell time 0/90.............................................................................23
Gambar 9. Dwell time 80/80...........................................................................24
Gambar 10. Cross angle 310..........................................................................24
Gambar 11. Cross angle 300..........................................................................25
Gambar 12. Cross angle 290..........................................................................25
Gambar 13. Anyaman Herring bone 2/1\1................................................... 26










DAFTAR TABEL

Tabel 1.  Variasi dwell time.............................................................................31
Tabel 2.  variasi cross angle...........................................................................31
Tabel 3.  Data stop pakan pada dwell time 0/60..........................................36
Tabel 4.  Data stop pakan pada dwell time 0/90..........................................36
Tabel 5.  Data stop pakan pada dwell time 80/80........................................37
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan dalam dunia industri yang semakin pesat,maka diperlukan juga keseimbangan dari dunia pendidikan. Manfaatnya agar pesertadidik dapat mengetahui apa saja yang terjadi dalam dunia industri. 
Dalam dunia industri,banyak hal yang dapat diteliti. Sehingga peserta didik dapat menerapkan ilmu selama didalam dunia pendidikan,bahkan mendapat pengetahuan baru didalam dunia industri selama melaksanakan penelitian. Sehingga dapat menambah wawasan dan pengalaman peserta didik. 
Maka dari itu dalam mengikuti perkembangan dunia ilmu pengetahuan , teknologi dan bekal pengetahuan serta ketrampilan yang selama ini penulis peroleh dibangku kuliah di Akdemi Teknologi Warga Surakarta yang dapat diterapkan selama penelitian, penulis ingin menyajikan uraian tentang penelitian”PENGARUH VARIASI DWELL TIME  DAN CROSS ANGLE TERHADAP STOP PAKAN PADA PROSES PERTENUNAN DI MESIN AIR JET LOOM TOYOTA JAT 810 E-SHED”.  Dalam penelitian penulis mengetengahkan judul sebagai pokok pembahasan serta menguraikan hal yang berkaitan dengan stop pakan dalam proses pertenunan pada mesin Air jet loom di unit Weaving II PT Dan Liris.  Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pengujian yang dilakukan di PT Dan Liris khususnya di unit Weaving II. Sehingga penulis mengetengahkan judul sebagai pokok pembahasan yang akan diangkat dalam tugas akhir. 
Dalam industri tekstil bermaksud untuk selalu menghendaki hasil produksinya yang tinggi dan kualitas yang bagus atau sesuai dengan yang telah diharapkan atau direncanakan. 
Titik berat pengembangan tekstil dalam dewasa ini adalah peningkatan hasil dimana yang mencakup kualitas dan kuantitas hasilnya. Dalam kondisi seperti ini,mengharuskan perusahaan untuk dapat melakukan persaingan didalam memasarkan hasil produksinya.  Pemasaran dapat berhasil bila barang yang diproduksi dapat memenuhi selera dan kepuasan para pelanggan atau konsumen. Agar suatu perusahaan dapat mencapai yang direncanakan dalam arti kualitas dan kuantitas produksi. Salah satu bagian dari proses pembuatan kain adalah pertenunan yaitu penganyaman antara benang lusi dan benang pakan. Dalam proses pertenunan ada lima gerakan pokok yang merupakan gerakan dasar penganyaman kain yang meliputi :
1. Pembentukan mulut lusi ( Shedding Motion )
2. Peluncuran pakan ( Picking Motion )
3. Perapatan pakan ( Beating Motion )
4. Penggulungan kain (Take Up Motion )
5. Penguluran lusi ( Let Off Motion )
Jadi dalam proses pertenunan tidak akan terlepas dari lima gerakan pokok ini yang merupakan jadi atau tidaknya suatu anyaman kain. 
PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pengertian mengenai penulisan laporan penelitian ini,maka penulis memberikan batasan-batasan dalam penulisan kesimpangsiuran tentang apa saja yang akan diuraikan pada proposal tugas akhir ini,maka dalam proposal ini penulis akan mengkaji mengenai pengaruh variasi Dwell Time dan cross agle pada pembukaan mulut lusi mesin Toyota JAT 810 E-Shed,disini penulis melakukan percobaan 3 variasi diantaranya adalah. 
Dengan posisi dwell time 0/60. 
Dengan posisi dwell time 0/90. 
Dengan posisi dwell time 80/80. 
Dengan variasi cross angle 290,300 dan 310.  Ketiga variasi tersebut dilakukan selama 4 jam dalam kondisi mesin normal. Adapun data yang digunakan adalah data mulai bulan maret sampai dengan april 2017. Sedangkan data yang kurang akan dilakukan random dengan distribusi sesuai data tersebut. 
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang tertulis diatas yang telah dilakukan observasi dan wawancara dengan karyawan,maka penulis dapat mengemukakan rumusan-rumusan masalah adalah sebagai berikut :
Adakah pengaruh variasi Dwell Time dan cross angle terhadap stop pakan tinggi. 
Adakah variasi terbaik yang dihasilkan oleh variasi cross angle dan dwell time terhadap penekanan stop pakan tinggi. 
TUJUAN YANG HENDAK DICAPAI
Tujuan peneliti
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Dwell Time 0/60 terhadap stop pakan. 
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Dwell Time 0/90 terhadap stop pakan. 
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Dwell Time 80/80 terhadap stop pakan. 
Kegunaan penelitian
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan khususnya dan umumnya industri tekstil. 
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian berada di Unit Weaving II PT Dan Liris Cemani,Grogol,Sukoharjo. 
HIPOTESA
Dari dasar teori yang telah diketahui maka dapat ditarik dugaan sementara (hipotesa) bahwa variasi dwell time dan cross angle berpengaruh terhadap terjadinya stop pakan pada proses pertenunan. Dengan hipotesa penulis ingin meneliti dan membuktikan secara nyata,bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh variasi dwell time dan cross angle pada proses pertenunan. 
METODE PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengelompokkan data menjadi 2 jenis, yaitu :
Data Primer
Adalah data yang langsung diambil atau diperoleh dari sumber data. Jadi data ini masih bersifat mentah,karena belum diolah melalui metodologi statistik.  
Data Sekunder
Adalah data yang dikumpulkan tidak melalui penelitian langsung,tetapi data yang dikumpulkan atau diperoleh karena ada kaitannya dengan data primer. Jadi data ini sebagai penunjang validitas data primer. 
2. Metodologi Pengumpulan Data
Sebagai dasar untuk menyusun tugas akhir agar lebih berbobot dan dapat dipertanggung jawabkan,maka diperlukan suatu metode pengumpulan data yang baik.  Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Penelitian Lapangan ( Field Research Method )
Metode penelitian ini dilakukan secara langsung pada obyek penelitian,yaitu dating langsung untuk melakukan pengamatan dan pendataan kelokasi penelitian, dalam hal ini dilakukan diperusahaan. 
b. Metode Penelitian Perpustakaan ( Library Research Method )
Metode penelitian ini dilakukan guna mendapatkan data sekunder dari buku literature perpustakaan yang masih ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. 
c. Metode Analisa Data
Metode analisa  data ini dilakukan dengan jalan mengelompokkan jenis data primer yang diperoleh ntuk dibuat kedalam bentuk data yang telah baku atau terperinci agar lebih mudah didalam pengujian statistik yang digunakan. 
d. Pengolahan Data
Setelah dilakukan penelitian dan pendataan terhadap obyek masalah yang diteliti untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data kedalam metode statistik. Dalam hal ini pengolahan data dilakukan dengan metode statistik P - Chart dan Analisa Eksperimen model blok lengkap acak. 
KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk menganalisa data dalam penulisan tugas akhir ini,maka dibuat sebuah kerangka pemikiran yaitu hubungan antara variable yang satu dengan yang lainnya guna mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas. 
Skema urutan percobaan sebagai berikut :



Dwell time




Variasi 0/60
Variasi 0/90
Variasi 80/80


2900
Data variasi 0/60
Dan 2900
Data variasi 0/90
Dan 2900
Data variasi 80/80
Dan 2900

Cross angle
3000
Data variasi 0/60
Dan 3000
Data variasi 0/90
Dan 3000
Data variasi 80/80
Dan 3000



3100
Data variasi 0/60
Dan 3100
Data variasi 0/90
Dan 3100
Data variasi 80/80
Dan 3100




BAB II
TEORI PENDEKATAN
Teknologi pertenunan dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat cepat.  Industri mesin tenun berlomba membuat mesin tenun dengan teknologi yang sangat maju guna untuk menunjang effisiensi dan kualitas kain yang dihasilkan.  Pada saat tenun mulai dibuat,Pertama kali yang digunakan pada mesin tenun adalah mesin tenun teropong,akan tetapi pada mesin teunun teropong mempunyai banyak kelemahan diantaranya produktifitas yang dihasilkan rendah serta kualitas yang dihasilkan rendah.  Seiring berjalanya waktu,prusahaan mesin tenun mulai membuat mesin tenun tanpa teropong atau Shuttless loom untuk menunjang produktifitas dan kualitas kain yang dihasilkan.  Diantara dari mesin tenun tanpa teropong itu adalah mesin tenun dengan tenaga angin (Air Jet Loom),mesin tenun tenaga air (Water Jet Loom),Rappier loom dan Projectile loom.  Masing-masing mesin tenun tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.  Akan tetapi produsen mesin tersebut selalu mengembangkan teknologi terbaru guna untuk menutup kekurangan dari mesin yang dihasilkan.  Selain itu,dewasa ini mesin tenun semua sudah dikontrol dengan komputer dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga banyak mengurangi tenaga kerja.  Akan tetapi variasi hasil tenunan harus bisa dikembangkan dengan mesin yang sama agar bisa menghasilkan beberapa jenis desain kain dengan menggunakan mesin yang sama. 
Proses pertenunan
Proses pertenunan adalah suatu proses membuat kain dengan cara menyilangkan benang-benang pakan dan benang-benang lusi. Dimana benang pakan letaknya melintang dan benang lusi letaknya kearah membujur. Hasil persilangan tersebut berbentuk anyaman dengan desain yang sudah ditentukan. 
Jadi suatu proses pertenunan untuk terbentuknya suatu anyaman maka harus diperlukan dua macam benang yaitu :
Benang Lusi
Benang lusi adalah benang yang sejajar dan memanjang pada arah kain dengan kata lain benang yang menyusun anyaman sepanjang kain. Adapun benang-benang lusi tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Kekuatan benang yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan benang pakan. 
Benangnya ganda,kalau dipergunakan benang tunggal maka perlu mengalami proses penganjian untuk meningkatkan kekuatan atau daya tenun benang. 
Benang Pakan
Benang pakan adalah benang-benang yang menyilang antara benang lusi dan tegak lurus dengan arah panjang kain atau dengan kata lain benang yang menyusun anyaman selebar kain. Adapun benang-benang pakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Kekuatan benang yang relatif lebih rendah daripada benang lusi. 
Umumnya digunakan benang tunggal. 
Gerakan-gerakan pokok pertenunan
Yang dimaksud gerakan pokok adalah semua gerakan peralatan yang digunakan dalam proses pertenunan guna membentuk suatu anyaman hingga terbentuk atau menghasilkan suatu kain. 
Gerakan-gerakan tersebut dalam proses pertenunan dinamakan 5 ( lima ) gerakan pokok. Hubungan antara satu dengan yang lain sangat erat. Oleh karena itu apabila salah satu dari gerakan tersebut tidak berjalan atau berfungsi dengan sempurna maka akan menimbulkan efek yang kurang baik dalam proses pertenunan terhadap kain yang dihasilkan. Gerakan pokok pada mesin tenun pada dasarnya dapat digolongkan menjadi lima gerakan pokok yaitu :
Pembentukan Mulut Lusi ( shedding motion )
Gerakan pembentukan mulut lusi adalah gerakan pengangkatan sebagian benang-benang lusi keatas dan sebagian kebawah,sehingga akan membentuk rongga-rongga yang selanjutnya melalui rongga ini teropong yang membawa benang pakan diluncurkan untuk disilangkan dengan benang lusi  sehingga membentuk anyaman.  Pada proses pertenunan dikenal tiga bentuk mulut lusi yaitu :
Mulut lusi tinggi,dimana sebagian lusi naik dan yang lainnya berada ditempatnya  yang artinya datar atau lurus. Sehingga dihasilkan tegangan tinggi karena hanya dibentuk oleh lusi atas saja. 
Mulut lusi tinggi rendah,disini sebagian lusi naik dan sebagian lusi turun dari posisi semula,sehingga tegangan lusi seimbang. Disini kita dapatkan keuntungan bahwa bila kekuatan lusi rendah,putus lusi akan sedikit terbantu oleh tegangan yang relatif rendah dibanding mulut lusi tinggi. 
Mulut lusi rendah,jenis ini terjadi apabila sebagian lusi tetap ada diposisi semula atau datar sedang sebagian lagi turun. Jenis ini merupakan kebalikan dari mulut lusi tinggi,dan tegangan yang terjadi juga tinggi. 
Pada gerakan ini terjadi dwell time pada saat pembukaan mulut lusi maksimal.  Pada saat tersebut dwell time akan menyesuaikan dengan pengaturan yang sudah dilakukan sehingga pengaturan dwell time harus benar-benar diperhatikan agar pembukaan mulut lusi lebih baik dan tidak mengganggu jalanya peluncuran pakan. 






Berikut ini gambar skema pembukaan mulut lusi toyota JAT 810 E-Shed:





Gambar 1. 
Skema pembukaan mulut lusi dobby


Gerakan Peluncuran Benang Pakan ( weft insertion )
Gerakan ini adalah gerakan meluncurnya benang pakan dari sisi seblah kiri menuju ke ujung sebelah kanan kain.  Pada gerakan ini,benang diluncurkan melalui main nozel dan diteruskan dengan sub nozel dengan menggunakan kekuatan tekanan angin sampai dengan menyentuh peraba benang pakan atau weft feller.  Pada gerakan ini,tekanan angin harus sesuai dengan jenis benang yang diproses.  Semakin besar benang yang dproses tekanan angin yang digunakan juga semakin besar begitu juga sebaliknya. 

Gambar 2. 
Peralatan peluncuran pakan



Gambar 2
Peralatan peluncuran pakan
Gerakan Perapatan benang pakan ( Beating motion )
Gerakan pengetekan benang pakan adalah gerakan mengetek atau merapatkan benang pakan,yang diluncurkan oleh teropong melalui mulut lusi. Perapatan ini dilakukan oleh sisir tenun yang dipasang sepanjang dataran luncur atau lade yang bergerak maju mundur.  Akibat gerakan tersebut maka sisir tenun bergerak merapat dan menjauh,dan pada saat merapat tersebutlah sisir merapatkan benang pakan yang telah diluncurkan keujung kain. 
Berkaitan dengan penelitian inilah,proses beating motion ini yang sangat besar pengaruhnya terhadap putus lusi. Dimana pengecilan benang lusi dan perontokan kanji berlangsung terus menerus selama mesin berjalan. Selain itu pula akibat gerakan ini terjadila penurunan kekuatan akibat gesekan antara lusi dan celah-celah sisir tenun. Dengan penambahan gesekan ,dan penurunan kekuatan maka terjadilah pengendoran tegangan lusi. Bila hal ini tidak diikuti oleh proses penggulungan kain dan pengukuran lusi ideal maka proses pertenunan akan terlambat. Oleh karena itulah dari semua gerakan pokok pada pertenunan harus saling berkeseimbangan dan perlu penyetelan serta penanganan yang serius hingga didapatkan kondisi yang ideal,yang akhirnya akan memperlancar proses pertenunan hingga diperoleh efisiensi kerja mesin yang tinggi dan hasil produksi yang berkualitas tinggi pula. 

Gambar 3. 
Skema pengetekan pakan

Gerakan Penguluran Lusi ( Let off motion )
Yang dimaksud gerakan ini adalah merupakan gerakan untuk mengulur benang lusi dari beam lusi ketika terjadi proses pertenunan dan selalu menyamakan tegangan yang seimbang dengan gerakan penggulungan kain ( take up motion ). Jadi gerakan penguluran lusi dari peralatan tersebut bergerak secara otomatis sesuai dengan kebutuhan.  Mengingat kain yang telah dihasilkan harus digulung,maka agar benang lusi relatif tetap sama,maka benang lusi perlu diulur. Benang lusi harus diulur sebanyak kain yang digulungditambah mengkeret lusi dalam tenun. Dengan demikian maka mulut lusi dapat selalu sama pada waktu menenun kita mengatur dengan dua cara yaitu :

1. Mengatur penguluran lusi
2. Pengatur penggulungan kain


Gambar 4. 
Skema penguluran lusi

Penggulungan Kain ( Take up motion )
Pada proses pertenunan setelah benang ditenun terbentuklah anyaman kain. karena kejadian ini terjadi teus menerus atau berulang kali,maka diperlukan suatu alat untuk menggulung kain. Tujuannya untuk menarik kain yang sudah diproses dalam mesin tenun dan digulung ke roll kain serta menjaga permukaan kain agar tetap sama dari kain yang dihasilkan. 
Prinsip kerja dari peralatan penggulungan kain dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Regulator penggulung kain positif. Alat ini adalah yang bekerja terus menerus menggulung kain sekalipun tida ada benang pakan yang diluncurkan. 
b. regulating penggulung kain negatif. Alat ini hanya bekerja kalau ada benang pakan yang diluncurkan. 
c. Regulating penggulung kain kombinasi. Regulating ini baru bekerja bila mana panjang kain tertentu telah ditenun. 



Gambar 5. 
Skema penggulungan kain

Gerakan Tambahan Proses Pertenunan
Dalam suatu proses pertenunan selain lima gerakan pokok diatas juga mempunyai beberapa gerakan tambahan supaya produksi mesin lebih lancar. 
Gerakan tambahan dalam proses pertenunan yaitu :
1. Gerakan penjaga benang pakan ( Weft stop motion )
Gerakan penjaga pakan pada  Air Jet Loom menggunakan sensor peraba pakan atau weft feller.  Pemasangan peraba ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas kain karena proses kerja dari sistem ini adalah untuk menghentikan mesin bila terjadi pakan yang tidak sampai pada sisi kain sebelah kanan. 
2. Gerakan penjaga benang lusi ( Warp stop motion )
Penjaga benang lusi pada mesin Air Jet Loom menggunakan sensor elektrik dengan menggunakan dropper sebagai perantara.  Bila terjadi putus benang lusi,dropper akan jatuh dan mengenai dropper bar sehingga akan terjadi konsleting dan secara otomatis akan menghentikan mesin. 
3. Gerakan pengikat benang pinggir ( leno motion )
Gerakan ini dimaksudkan untuk mengikat benang pinggir pada kain sehingga pinggir kain nampak lebih rapat.  Dengan adanya gerakan ini kain akan mempunyai kualitas yang lebih baik dan dengan penyetelan sudut yang tepat dapat pula mempengaruhi effisiensi hasil produksi. 
Tinjauan Tentang stop pakan
Dalam pertenunan benang pakan adalah unsur utama dalam pembuatan kain.  Pada proses pertenunan,salah satu hal yang harus ditekan adalah stop pakan yang terlalu tinggi karena bila terjadi stop pakan yang tinggi akan berpengaruh terhadap produksi kain dan juga akan mengurangi kualitas kain. 
Hal yang berpengaruh terhadap stop pakan tinggi adalah :
Penyetelan tekanan angin yang tidak sesuai dengan standart. 
Penggunaan angin yang tidak sesuai dengan standart mengakibatkan jalanya benang pakan tidak beraturan sehingga pakan tidak sampai pada peraba dengan sempurna.  
Pembukaan mulut lusi yang tidak sempurna. 
Penyetelan pembukaan mulut lusi sangatlah berpengaruh terhadap stop pakan.  Penyetelan pembukaan mulut lusi harus bersih sehingga pakan dapat melewati ruangan atau rongga lusi tanpa terhalang oleh benang lusi. 
Pemakaian dwell time yang tidak sesuai. 
Pemakaian dwell time sangatlah berpengaruh terhadap kelancaran mesin terutama peluncuran pakan karena ini berhubungan dengan pembukaan mulut lusi baik lusi bawah maupun lusi atas. 
Penggunaan cross timing yang tidak sesuai. 
Cross timing berkaitan dengan cepat atau lambatnya benang lusi untuk membuka dan menutup.  Penggunaan cross timing yang tidak tepat akan sangat berdampak pada peluncuran benang pakan. 
Tegangan benang lusi kurang. 
Tegangan atau tension benang lusi yang terlalu kendor dapat mengakibatkan pembukaan mulut lusi yang tidak bersih,sehingga dampaknya akan menyebabkan peluncuran pakan terganggu oleh benang lusi dan sering kali benang pakan menyangkut benang lusi. 
Penyetelan sudut sub nozel yang tidak sesuai. 
Sub nozel pada mesin  air jet loom mempunyai tugas yang penting dalam peluncuran pakan,sehingga penyetelanya pun harus tepat dan juga sesuai  dengan benang yang diproses.  Selain itu pengaruh sub nozel yang tersumbat juga akan mengakibatkan peluncuran pakan yang tidak sempurna.  Pengecekan lubang sub nozel harus dilakukan secara berkala untuk menghindari tersumbatnya lubang sub nozel tersebut. 
Faktor persiapan pertenuan yang kurang baik. 
Pengaruh faktor persiapan yang kurang baik ini terutama pada proses penganjian benang lusi yang kurang baik. Efek yang terjadi bila penganjian kurang baik adalah masih banyaknya bulu-bulu serat yang berdiri sehingga dapat mengganggu proses peluncuran pakan. 
Tinjauan Tentang pemakaian dwell time dan cross angle. 
Dwell time pada proses pertenunan adalah lama jeda heald frame berhenti saat terjadi pembukaan mulut lusi baik saat heald frame berada di atas maupun saat berada di bawah.  Sedangkan cross angle adalah waktu dimana heald frame bersilangan. Pemakaian dwell time dan cross angle harus disesuaikan dengan konstruksi dan jenis benang yang dipakai pada saat pertenunan,karena dengan pemakaian dwell time dan cross angle yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya stop pakan tinggi dan putus lusi yang tinggi pula. 
Dalam penentuan pemakaian dwell time dan cross angle biasanya memperhatikan konstruksi kain dan nomor benang yang dipakai.  Bila konstruksi kain berat biasanya pemakaian dwell time menggunakan yang lebih lama menggantung di bawah karena akan mengurangi bumping pada saat pengetekan pakan,dan penggunaan cross anglenya juga dipercepat agar pada saat peluncuran pakan tidak mengganggu jalanya pakan melewati air guide pada sisir tenun. 

Gambar 6. 
Penampakan pembukaan mulut lusi
Hubungan penyetelan dwell time dan cross angle terhadap stop pakan. 
Stop pakan atau dalam bahasa perusahaan filling stop merupakan salah satu dari sekian masalah yang ada pada proses pertenunan.  Stop pakan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan effisiensi produksi dan juga dapat mengakibatkan cacat pada kain.  Namun stop pakan yang tinggi itu dapat dikurangi atau ditekan supaya hasil produksi tinggi dan hasil kainya juga tidak terjadi cacat.  Salah satu cara atau hal yang dapat dilakukan dalam penekanan stop pakan yang tinggi adalah dengan cara menyetel dwell time dan cross angle dengan tepat.  Akan tetapi itu hanya salah satu faktor yang dapat menyebabkan stop pakan yang tinggi,masih banyak faktor yang lain yang dapat menyebabkan stop pakan tinggi. 
Penyetelan dwell time dan cross angle ini dilakukan dengan cara merubah angka yang ada pada layar monitor.  Dari angka tersebut kita dapat menentukan pemakaian dwell time dan cross angle tersebut.  Cara merubah angka tersebut harus disesuaikan dengan penggunaan benang dan disesuaikan dengan konstruksi kain agar tidak mempengaruhi terhadap putus lusi juga. 
Setelah mengamati dan melakukan pencatatan hasil,ternyata penyetelan dwell time dan cross angle sangatlah berkaitan sehingga sangat berpengaruh terhadap penekanan stop pakan yang tinggi untuk menunjang kinerja mesin agar menghasilkan hasil produksi yang tinggi dan mengurangi terjadinya cacat kain. 
Cara merubah setelan dwell time dan cross angle :









Berikut gambar skema variasi dwell time dan cross angle :
Dwell time
b
a d


c

Gambar. 7 Dwell time 0/60

b
a d


c

Gambar. 8 dwell time 0/90
b

a d

c

Gambar. 9 dwell time 80/80

keterangan gambar :
Benang lusi
Benang lusi atas
Benang lusi bawah
Kain



Cross angle
b
a d e


c

Gambar. 10 cross angle 310
b
a d e


c

Gambar. 11 cross angle 300


b
a d e


c

Gambar. 12 cross angle 290

keterangan gambar :

Benang lusi
Kamran 1
Kamran 2
Sisir tenun
kain


Tinjauan tentang anyaman Herring Bone
Herringbone (atau disebut juga sebagai pointed twill, arrowhead twill atau feather twill) adalah pola anyaman berbentuk huruf “V” yang merupakan turunan dari pola anyaman kepper.  Disebut herringbone karena pola ini menyerupai struktur tulang punggung ikan herring. 
Pola ini terdiri dari barisan-barisan yang dibentuk oleh garis miring yang tersusun paralel.  Baris-baris tersebut berdampingan satu sama lainnya sehingga garis-garis miringnya terlihat menyatu satu sama lain sehingga membentuk seperti huruf V. 
Meskipun serat wol adalah pilihan paling umum yang digunakan untuk menenun kain herringbone tetapi anyaman tersebut juga dapat dibuatan dengan jenis serat lain.  Kain Tweed sering dibuat dengan anyaman herringbone ini. 












































Gambar. 13 Anyaman herring bone 2/1 \ 1


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN
Didalam suatu kegiatan biasanya terkandung tujuan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan akan lebih terarah bila kegiatan yang hendak dilakukan direncanakannya secermat mungkin. Sama halnya dengan penelitian kali ini juga memerlukan suatu persiapan yang menunjang kelancaran proses kegiatan penelitian. Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain mempersiapkan peralatan,persiapan keberhasilan obyek yang diteliti serta persiapan pengamatan terhadap jelannya penelitian. 
Pada dasarnya persiapan yang dimaksudkan ialah untuk mengantisipasi kendala-kendala yang sekiranya mengganggu jalannya proses kegiatan penelitian. Selain daripada itu persiapan bertujuan agar pencapaian hasil penelitian sangat optimal serta sesuai yang direncanakannya. 
Adapun persiapan penelitian tersebut meliputi :
Mesin Tenun
Sebagai dasar penelitian,menggunakan mesin atau konstruksi kain dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk Mesin = TOYOTA JAT 810 E-SHED 
Jenis mesin tenun = Air Jet Loom
Negara pembuat = Jepang
Model/Type = Electronic dobby 
Jumlah kamran max. = 16
Tahun = 2016
Pembentukan Mulut Lusi = Motor Servo Shedding Motion
Sistem Peluncuran Pakan = Tekanan angin
Penjaga Putus Lusi = Otomatis penjaga lusi sistem elektrik
( Dropper )
Penjaga Putus Pakan = Sistem sensor peraba
Konstruksi Kain
Konstruksi Kain =   x 63”
Jenis Anyaman = Hearing Bone 2/1 \ 1
Nomor Benanag Lusi = Ne1 45
Nomor Benanag Pakan = Ne1 45
Nomor sisir = 84/2”
Data setting mesin
Main pressure = 3,0 bar
Sub pressure = 3,5 bar
Sub end pressure = 3,0 bar
TO ~ TW = 95 – 235
Main nozle time = 105 – 160
ABS realease time = 85
ABS brake time = 210 – 230
Tandem nozle time = 85
Stretch nozle time = 50 – 150
Cutter time
25 – 205
30 – 210
Tinggi sub nozle = +3
Sudut sub nozle = 70
Sub nozle time =
96 – 120
121 – 152
153 – 174
175 – 190
191 – 203
204 – 280
215 – 300
Tinggi heald frame =
99 mm
97 mm
95 mm
93 mm
91 mm
89 mm
Easing time = 290
Easing amount = 1 strip
Tinggi backroll = 0
Tinggi dropper box = -1
Leno LH = 280
Leno RH = 10
RPM = 725
kondisi ruangan
RH ruangan = 60 – 63%
temperature = 29 - 310 c

B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini pengamatan terhadap obyek dilakukan secara bertahap secara periodik dengan waktu tiap-tiap periode pengambilan data sama,terletak pada mesin yang sama. Pada penelitian ini mesin yang digunakan obyek penelitian ialah mesin  Air Jet Loom TOYOTA JAT 810 E-SHED. Hal ini dilakukan dengan merubah dwell time dan coss angle secara bergantian.  Pengambilan contoh uji dibuat secara random dengan jumlah waktu tiap penyetelan posisi dan sudut diambil hampir dua shif. Variasi dwell time dan cross angle ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 1
Pemakaian dwell time yang diteliti
No
Setting
Variasi Dwell time

1
I
0/60

2
II
0/90

3
III
80/80


Tabel 2
Pemakaian cross angle yang diteliti
No
Setting
Variasi Cross angle

1
I
290

2
II
300

3
III
310


C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperkecil kesalahan atau penyimpangan yang terlalu jauh dari hasil penelitian maka pencatatan stop pakan dilakukan setiap dua jam sehingga pengamatan dilakukan sebanyak sepuluh kali ( 10 ) kali setiap antara variasi dan perlakuan. Dengan pengamatan terhadap stop pakan secermat-cermatnya maka hipotesa yang diperkirakan akan terjawab dengan hasil data yang didapatkan. 


D. METODE ANALISA DATA
Metode pengambilan data
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data tentang masalah yang diteliti maka penulis mengumpulkannya dengan cara :
Melakukan observasi langsung yaitu dengan jalan mengamati langsung obyek yang diteliti, maupun proses-proses yang mendukung dan yang mempengaruhi obyek yang diteliti. 
Melakukan tinjauan pustaka, yaitu dengan cara membaca dan mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 
Melakukan pengujian terhadap obyek yang diteliti, yaitu pengujian stop pakan terhadap variasi dwell time dan sudut cross angle. 
Setelah data-data yang diperbolehkan dari hasil perubahan posisi dwell time dan cross angle tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang benar dan dapat dipercaya. 
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung sebagai berikut :
1. Harga rata-rata ( X )
   = 
2. Standar Deviasi ( SD )
SD
3. Coefisien of Variant
CV =    x 100 %
4. Sempel Minimal
N min= 
5. Kesalahan Pengujian
E (%) = 
Keterangan :
X1 = Hasil masing-masing pengujian
n = Jumlah sempel pengujian
t = Angka tabel dengan probability yang diijinkan dalam pengujian bahan tekstil yang telah ditetapkan 95 % = 1,96
Analisa Data dan Dengan metode statistik P-Chart
Peta kendali P-Chart adalah suatu alat statistik yang digunakan untuk mengontrol banyaknya % cacat dari suatu produksi.(Lap waight,cone cacat,kain cacat dll).
Ciri – ciri P-chart adalah :
Hasilnya dinyatakan dalam satuan persent (%).
Untuk mengontrol banyaknya % cacat.
Tidak membentuk sub grup.
Yang diperiksa (sample sizenya) banyaknya tidak sama.
Angka (1) dalam rumus berarti 100% karena satuanya %.
Rumus P-Chart :






















BAB IV
PEMBAHASAN
Pada proses pertenunan sedang berlangsung masalah penyetelan mesin merupakan hal yang sangat penting,jika kita menenun suatu kain maka terlebih dahulu diketahui jenis bahan baku yaitu bahan baku benang lusi dan benang pakan,baru disesuaikan dengan penyetelan mesin sehingga pertenunan dapat berjalan baik dan lancar. 
Peranan dalam penyetelan mesin merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan mesin dengan kelancaran yang baik.  Pada penyetelan dwell time dan cross angle di mesin tenun Toyota JAT 810 E-Shed yang tidak sesuai,dapat mempengaruhi dan mengganggu kelancaran mesin karena akan menyebabkan tingginya stop pakan yang terjadi sehingga dari tingginya stoppakan akan mengakibatkan penurunan produktifitas hasil kain.  Pada persoalan jumlah stop pakan dari percobaan yang dilakukan dapat dilakukan analisa sebagai berikut : Proses peluncuran benang pakan akan berjalan lebih sempurna bila dwell time berada pada posisi seimbang dan cross angle berada pada posisi yang tepat.  
Pada penelitian penyetelan dwell time dan cross angle ini,dari pihak produsen mesin sendiri belum menemukan standart pemakaian dwell time dan cross angle,sehingga penulis berniat untuk mencari standart pemakaian dwell time dan cross angle yang bertujuan untuk menjadikan sebuah referensi setting mesin yang sejenis selain untuk menekan tingginya stop pakan yang terjadi. 
Penelitian yang telah dilakukan penulis yaitu untuk mencoba seberapa jauh pengaruh percobaan penyetelan dwell time dan cross angle terhadap stop pakan yang terjadi.  Dari data yang diperoleh penulis dari penelitian yang dilakukan,diperoleh hasil stop pakan yang berbeda – beda jumlahnya untuk setiap variasi dwell time  dan cross angle dalam waktu penelitian masing – masing selama 4 jam. 
Adapun dari pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.  Data stop pakan pada posisi dwell time 0/60
Variassi Setting
Posisi cross angle
Rata-rata stop pakan /4 jam

I
290
46

II
300
43

III
310
44


Tabel 4.  Data stop pakan pada posisi dwell time 0/90
Variassi Setting
Posisi cross angle
Rata-rata stop pakan /4 jam

I
290
45,6

II
300
35,6

III
310
35,6


Tabel 5.  Data stop pakan pada posisi dwell time 80/80
Variassi Setting
Posisi cross angle
Rata-rata stop pakan /4 jam

I
290
32

II
300
24

III
310
39,6


Dengan memperhatikan hasil rata – rata stop pakan yang terjadi setelah dilakukan percobaan dan dihitung dengan perhitungan statistik “P - Chart” menunjukkan bahwa dari ketiga perlakuan baik variasi dwell time maupun variasi cross angle,ternyata pada posisi dwell time 80/80 dan posisi cross angle 300 mempunyai rata – rata stop pakan lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainya.  Bila melihat dari segi  teoritis dapat dibahas kelebihan dan kekurangan  masing – masing variasi dwell time dan cross angle. 
Berikut merupakan pembahasan mengenai dwell time yang dilakukan penelitian : 
Dwell time posisi 0/60
Maksud dari dwell time 0/60 adalah pada waktu pembukaan mulut lusi,kamran pada saat diatas tidak mempunyai waktu jeda (0) sehingga kamran saat naik keatas akan langsung turun ke bawah,sedangkan pada saat di bawah kamran mempunyai waktu jeda selama 600.  Melihat dari hasil penelitian,rata – rata stop pakan tinggi karena pada posisi dwell time  0/60 pembukaan mulut lusi kurang begitu sempurna dan mudah menyebabkan pakan tersangkut pada benang lusi.   Penggunaan dwell time  0/60 untuk konstruksi 1337263 PC 45 x PC 45 kurang cocok karena konstruksi terlalu berat dan menyebabkan bumping pada saat beating. 
Akan tetapi pada posisi dwell ini mempunyai kelebihan diantaranya sangat cocok untuk kain dengan konstruksi ringan dan RPM mesin bisa mendekati maksimal karena pembukaan mulut lusi relatif lebih kecil sehingga aman untuk kecepatan tinggi. 
Dwell time posisi 0/90
Maksud dari dwell time 0/90 ini hampir sama dengan dwell time 0/60,akan tetapi pada saat kamran di bawah mempunyai waktu jeda yang sedikit lebih lama yaitu 900.  Melihat dari hasil rata – rata stop pakan yang terjadi saat penelitian,stop pakan yang terjadi masih cukup tinggi karena peluncuran pakan sedikit terganggu karena pembukaan mulut lusi kurang begitu sempurna walaupun masih lebih baik dari dwell time  0/60.  Pada dwell time 0/90 bila dipakai pada konstruksi    x 63” lebih stabil dan sedikit menimbulkan bumping saat beating karena posisi kamran saat berada di bawah relatif lebih lama. 
Kelebihan dari dwell time 0/90 adalah dia lebih stabil dipakai untuk konstruksi berat dan stabil pada kecepatan tinggi.  Pembukaan mulut lusi pada dwell time 0/90 sedikit lebih lebar dibandingkan dengan 0/60 sehingga untuk proses benang dengan nomor tinggi masih aman. 
Dwell time posisi 80/80
Dwell time 80/80 berarti pada saat kamran berada di atas maupun di bawah sama – sama mempunyai jeda untuk berhenti selama 800.  Melihat dari keterangan tersebut,pada posisi dwell time ini jalanya mesin sangat stabil karena seimbang saat diatas maupun di bawah.  Melihat dari hasil rata – rata stop pakan yang terjadi,pada dwell time ini mempunyai hasil rata – rata yang paling sedikit,artinya mempunyai hasil yang paling baik.  Hal ini disebabkan karena pada posisi dwell time 80/80 pembukaan mulut lusi hampir sempurna sehingga proses peluncuran pakan berjalan dengan baik.  Dwell time ini sangat cocok untuk benang – benang yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi,sebab pada  dwell time  ini terjadi 2 tarikan benang lusi yaitu saat kamran berada diatas dan berada di bawah.  Dwell time ini kurang cocok untuk benang kapas karena kekuatan serat kapas relatif rendah. 
Kelebihan dwell time 80/80 adalah sangat stabil saat mesin jalan dan sangat cocok untuk kain dengan konstruksi berat dengan benang lusi yang kuat.  Mempunyai pembukaan mulut lusi yang lebar dan tegangan benang yang tinggi sehingga membantu dalam proses peluncuran pakan. 















BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan selama melakukan penelitian serta di dukung dengan pengolahan data secara statistik,dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut yaitu 
Ada pengaruh variasi dwell time dan cross angle terhadap penekanan stop pakan tinggi pada proses pertenunan.
Variasi terbaik yang didapatkan untuk menekan stop pakan tinggi adalah pada penyetelan dwell time 80/80 dan cross angle 300.
B. SARAN-SARAN
Untuk mengerjakan kain dengan konstruksi   x 63” anyaman  HBT 2/1 \1 disarankan menggunakan dwell time 80/80 dan menggunakan cross angle 300 untuk menekan tingginya stop pakan yang terjadi. 
Mengadakan pengamatan lebih lanjut tentang masalah-masalah terjadinya stop pakan pada konstruksi lain agar dapat meningkatkan effisiensi produksi. 
Disarankan agar menjaga standarisasi mesin agar kondisi mesin tetap dalam kondisi prima dan siap jalan. 
Dengan memperhatikan saran diatas,masalaah-masalah efisiensi produksi yang disebabkan karena stop pakan tinggi dapat diatasi dengan melakukan penyetelan dwell time dan cross angle untuk menekan ketidaklancaran jalanya mesin tenun. 

















DAFTAR PUSTAKA

1. Liek Soeparli. (1977) Teknologi Persiapan Pertenunan edisi 2. ITT Bandung
2. Liek Soeparli. ( 1977 ) Teori Pembuatan Kain,Departemen Kependidikan Dan Kebudayaan. 
3. S. Nasution dan M.  Thomas. ( 1980 ) Buku Penuntun Membuat, Desertasi,Thessis,Skripsi, Raport, Paper.  Bandung ,Jemmars. 
4. Soepriyono. ( 1975 ),Statical Quality Control,ITT Bandung
5. Sudjana, (1986 ) Metode Statistik.  Bandung
6. Sudjono,Tarsito. ( 1991 ) Desain dan Analisa Eksperimen. Bandung
7. Tatan Sutandar. ( 1978 ) Teori Pembuatan Kain 2,DEPDIKBUD
8. Totok Wartiono,(2015) Buku Pegangan Kuliah Pengendalian Mutu,ATW Surakarta
9. Wibowo Moerdoko. ( 1974 ) Teknologi Pertenunan. ITT Bandung. 
10. Anonim, (2016) Manual Book Toyota JAT 810 E-Shed. Japan.







LAMPIRAN

Variasi Cross angle 290 dan dwell time 0/60
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
90
80
88,88889

2
85
100
117,6471

3
86
100
116,2791

4
90
80
88,88889

5
85
100
117,6471

6
95
68
71,57895

7
98
64
65,30612


629
592



ṗ =  x 100% = 94,1 %
n =  = 89,86
= ṗ ± 3 
= 94,1 ± 3 
= 94,1 ± 3 
= 94,1 ± 7,64
UCL = 94,1 + 7,64 = 101,6
CL = 94,1
LCL = 94,1 - 7,64 = 86,64

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 290 dwell time 0/60 =   = 43%
Variasi Cross angle 290 dan dwell time 0/90
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
89
84
94,38202

2
90
80
88,88889

3
84
104
123,8095

4
86
100
116,2791

5
88
88
100

6
95
68
71,57895

7
93
74
79,56989


625
598



ṗ =  x 100% = 95,7 %
n =  = 89,29
= ṗ ± 3 
= 95,7 ± 3 
= 95,7 ± 3 
= 95,7 ± 2,146
UCL = 95,7 + 6,438 = 102,14
CL = 95,7 
LCL = 95,7 – 6,438 = 89,26

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 290 dwell time 0/90 =   = 28,5%
Variasi Cross angle 290 dan dwell time  80/80
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
93
74
79,56989

2
99
56
56,56566

3
98
60
61,22449

4
98
64
65,30612

5
98
66
67,34694

6
99
52
52,52525

7
100
50
50


685
422



ṗ =  x 100% = 61,6 %
n =  = 97,86
= ṗ ± 3 
= 61,6 ± 3 
= 61,6 ± 3 
= 61,6 ± 14,75
UCL = 61,6 + 14,75 = 76,35
CL = 61,6 
LCL = 61,6 – 14,75 = 46,85

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 290 dwell time 80/80 =   = 14,3%
Variasi Cross angle 300 dan dwell time 0/60
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
88
81
92,04545

2
86
90
104,6512

3
88
78
88,63636

4
87
100
114,9425

5
90
80
88,88889

6
92
70
76,08696

7
92
68
73,91304


623
567


ṗ =  x 100% = 91,0 %
n =  = 89
= ṗ ± 3 
= 91,0 ± 3 
= 91,0 ± 3 
= 91,0 ± 9,09
UCL = 91,0 + 9,09 = 100,9
CL = 91,0 
LCL = 91,0 - 9,09 = 81,61

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 300 dwell time 0/60 =   = 28,5%
Variasi Cross angle 300 dan dwell time 0/90
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
90
76
84,44444

2
92
72
78,26087

3
94
70
74,46809

4
93
70
75,26882

5
96
68
70,83333

6
88
92
104,5455

7
88
90
102,2727


641
538



ṗ =  x 100% = 83,9 %
n =  = 91,57
= ṗ ± 3 
= 83,9 ± 3 
= 83,9 ± 3 
= 83,9 ± 11,52
UCL = 83,9 + 11,52 = 95,42
CL = 83,9
LCL = 83,9 – 11,52 = 72,38

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 300 dwell time 0/90 =   = 28,5%
Variasi Cross angle 300 dan dwell time 80/80
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
100
44
44

2
99
46
46,46465

3
101
50
49,50495

4
101
50
49,50495

5
99
48
48,48485

6
100
46
46

7
105
36
34,28571


705
320



ṗ =  x 100% = 45,39 %
n =  = 100,71
= ṗ ± 3 
= 45,39 ± 3 
= 45,39 ± 3 
= 45,39 ± 14,88
UCL = 45,39 + 14,88 = 60,27
CL = 45,39
LCL = 45,39 – 14,88 = 30,51

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 300 dwell time 80/80 =   = 0%

Variasi Cross angle 310 dan dwell time 0/60
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
84
94
111,9048

2
86
80
93,02326

3
84
100
119,0476

4
86
82
95,34884

5
88
84
95,45455

6
90
76
84,44444

7
91
76
83,51648


609
592



ṗ =  x 100% = 97,2 %
n =  = 87
= ṗ ± 3 
= 97,2 ± 3 
= 97,2  ± 3 
= 97,2 ± 3,531
UCL = 97,2 + 3,531 = 100,7
CL = 97,2
LCL = 97,2 – 3,531 = 93,67

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 310 dwell time 0/60 =   = 28,5%

Variasi Cross angle 310 dan dwell time 0/90
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
91
80
87,91209

2
90
68
75,55556

3
92
72
78,26087

4
89
68
76,40449

5
90
68
75,55556

6
92
58
63,04348

7
93
58
62,36559


637
472



ṗ =  x 100% = 74,1 %
n =  = 91
= ṗ ± 3 
= 74,1 ± 3 
= 74,1 ± 3 
= 74,1 ± 13,8
UCL = 74,1 + 13,8 = 87,9
CL = 74,1
LCL = 74,1 – 13,8 = 60,3

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 310 dwell time 0/90 =   = 14,3%
Variasi Cross angle 310 dan dwell time 80/80
No
Panjang kain
Stop pakan
% putus

1
95
60
63,15789

2
92
70
76,08696

3
93
70
75,26882

4
90
80
88,88889

5
87
84
96,55172

6
83
92
110,8434

7
84
98
116,6667


624
554



ṗ =  x 100% = 88,8 %
n =  = 89,14
= ṗ ± 3 
= 88,8 ± 3 
= 88,8  ± 3 
= 88,8 ± 10,02
UCL = 88,8 + 10,02 = 98,82
CL = 88,8
LCL = 88,8 – 10,02 = 78,78

Standart stop pakan =  = 35%
% putus pada cross angle 310 dwell time 80/80 =   = 28,5%



Tabel
Data Uji Putus pakan pada cross angle 2900
No
Variasi dwell time


0/60
0/90
80/80

1
40
42
37

2
50
40
28

3
50
52
30

4
40
50
32

5
50
44
33

6
34
34
26

7
32
37
25

Jumlah
296
299
211

Rata-rata
42,2857143
42,7143
30,1429

SD
7,78276484
6,55017
4,22013

CV
18,41%
15,33%
14,00%

E
10,44%
9,95%
9,23%


( sumber : data primer )





Tabel
Data Uji Putus pakan pada cross angle 3000
No
Variasi dwell time


0/60
0/90
80/80

1
41
38
23

2
45
36
23

3
39
35
25

4
50
35
25

5
40
34
24

6
35
46
23

7
34
45
18

Jumlah
284
269
161

Rata-rata
40,5714286
38,4286
23

SD
5,5634864
4,99524
2,38048

CV
13,71%
13,00%
10,35%

E
9,23%
3,73%
3,65%


( sumber : data primer )





Tabel
Data Uji Putus pakan pada cross angle 3100
No
Variasi dwell time


0/60
0/90
80/80

1
47
40
46

2
40
34
35

3
50
36
35

4
41
34
40

5
50
34
42

6
38
29
46

7
38
29
49

Jumlah
304
236
293

Rata-rata
43,4285714
33,7143
41,8571

SD
5,41162769
3,86067
5,52052

CV
12,46%
11,45%
13,19%

E
8,57%
6,42%
10,45%


( sumber : data primer )



Komentar

  1. Cek gambar disebalh mana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk gambar mungkin saya bs bantu lewat email,soalnya saya upload gmbarnya tidak bs masuk.trimakasih

      Hapus
  2. bisa dikirim ke email ga min?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Assalamu'alaikum kang punten bisa lihat gambarnya gak ya buat refrensi skripsi saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam,,apa masih diperlukan bang,kalo masih bisa saya kirimkan lewat email

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer